Gunakan Air Liur, Tak Perlu Ambil Sampel Darah

Bayu Cahyo Bintoro dan Intan Asni Saharani sedang sibuk kemarin. Memegang gelas ukur, dua siswa kelas XU IPA 6 MAN 2 Kota Kediri itu terlihat tengah meracik reagen dan kepompong ulat sutera. Sehari-hari, tim Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) An-Nahl itu memang banyak menghabiskan waktu di sana.

Terutama saat mereka tengah melakukan penelitian untuk membuat strip atau alat pendeteksi diabetes.  “Alat pendeteksi diabetes biasanya menggunakan sampel darah, kami menggunakan sampel air liur,” kata pemuda yang akrab disapa Bayu itu kepada Jawa Pos Radar Kediri.

Pemakaian media baru itu bukannya tanpa alasan. Selama ini, muda-mudi itu banyak menemukan pasien yang takut atau bahkan alergi dengan jarum suntik. Karenanya, mereka lantas meneliti kemungkinan pemakaian media lain sebagai pengganti.

Dari berbagai literatur, mereka lantas membuat media baru alat pendeteksi kadar C-Reactive Protein (CRP) pada pasien diabetes. Dibantu pembimbing, mereka memakai beragam reagen. “Mulai larutan kain ulat sutera dari kepompong dan saliva atau sampel air liur pasien diabetes,” lanjut Bayu.

Selanjutnya, pasien bisa melihat kadar diabetes yang diderita melalui strip. Jika berwarna kuning pekat bisa terindikasi diabetes parah. Untuk menguatkan penelitian mereka, dua muda-mudi yang mengikuti Madrasah Young Researcher (Myres) itu juga melengkapinya dengan berbagai referensi jurnal ilmiah kedokteran. Baik dalam dan luar negeri.

Selebihnya, keduanya juga mengamati beberapa penelitian sebelumnya lewat beberapa channel YouTube dokter yang berhasil meneliti kadar C-Reactive Protein. “Alhamdulillah karya kami berhasil lolos di babak final (Myres, Red) yang akan kami presentasikan tanggal 24 September besok,” papar Bayu.

Dia lantas menceritakan perjuangannya bersama Intan untuk bisa menyelesaikan penelitian tersebut. Tentu saja bukan hal yang mudah. Bayu mencontohkan saat mereka harus mengambil sampel pasien.

Untuk bisa lolos, mereka harus mendapat sertifikasi uji kelayakan medis (Ethical Clearance) dari Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya. Bayu dan Intan bersyukur bisa mengantongi izin setelah memenuhi beberapa persyaratan. “Kami harus membuat proposal dan kelengkapannya yang banyak. Butuh waktu satu bulan,” kenangnya.

Setelah semua persyaratan dipenuhi, mereka tak hanya mendapat izin. Melainkan juga mendapat bimbingan khusus dari dokter spesialis penyakit dalam. Adapun proses sertifikasi dilakukan daring.

Sidang dihadiri oleh beberapa dokter spesialis. Mulai Prof. Dr. dr Nancy Margarita Rehatta SpAn, KMN, KNA. Kemudian, dr Cahyo Wibisono Nugroho, Sp.PD, FINASIM; dr. Dr. Muhammad Ilham Aldika Akbar SpOG (K). Selanjutnya, dr. Dr. Anggraini Dwi Sensusiati Sp.Rad (K); dr Tedy Apriawan Sp.BS(K); dr Abdul Khairul Rizki Purba, M.Sc, Sp.FK.

Ada pula drg Lulytha Rahmanike Putri, Ita Maulidiawati, S.Kep, Ns, M.Kep, Prisma Andita Pebriani, S.KM, Fatimatuz Zahro S.KM, serta Tim CRU RS UNAIR. “Kami berharap semua bisa berjalan denga baik sesuai dengan harapan,” papar Bayu berharap penelitian yang mereka lakukan bisa membantu masyarakat.

Untuk diketahui, penelitian ini merupakan tindak lanjut dari ajang Myres 2022. MAN 2 Kota Kediri sukses babak akhir dengan menyisihkan 9.222 proposal. Lomba ini diikuti ribuan pelajar MTs dan MA se-Indonesia yang melombakan tiga bidang penelitian. Yakni, Saintek, Sosbud, dan Keagamaan. “Kami mencoba terjun ke bidang kedokteran di ajang kali ini,” sambung Intan.

MAN 2 Kota Kediri telah dinobatkan sebagai Pelopor Madrasah Riset Nasional oleh Dirjend Pendis Kementerian Agama Republik Indonesia. Yang terbaru, MAN 2 Kota Kediri sukses menjadi tuan rumah Perkemahan Ilmiah Remaja (PIR-Regional) Kediri Raya.

Menghadirkan tim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), PIR dihadiri langsung Direktur Manajemen Talenta BRIN Raden Artur Ario Lelono. “Madrasah kami semakin diperhitungkan dalam bidang Iptek dan karya ilmiah. Terakhir Aqsa Aufa Sauqi Sadana sukses diterima jalur beasiswa prestasi di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang,” papar Kepala MAN 2 Kota Kediri Drs. Nursalim, M.Pd.I. Dia sekaligus menjadi instruktur nasional pengembangan keprofesian berkelanjutan kepala madrasah tingkat nasional.

 

About Author

MAN 2 Kota Kediri

MAN 2 Kota Kediri adalah sekolah setaraf SMA di bawah naungan Kementerian Agama Indonesia yang dulu bernama MAN 3 Kediri. Merupakan Rintisan Madrasah Bertaraf Internasional yang diresmikan tahun 1992 sebelum berganti nama pada tahun 2017.

Related posts